Laman

Rabu, 17 Februari 2010

YOGYAKARTA

12 Pebruari 2010

Waktu menunjukan pukul 11.05 WIB, kami berdelapan yaitu Andi Rusandi, Yudi Aliyudin, Ace, Iding S, Rio, Vivi, Ufi dan aku berangkat menuju kota "GUDEG" menggunakan Xenia D 1860 VF dengan satu tujuan reuni dan berlatih tanding dengan teman teman alumni. Di sepanjang perjalanan kami mampir untuk melaksanakan sholat Jum'at di Nagreg, dan makan siang di RM Mergosari-Ciawi dan di gombong untuk istirahat sholat maghrib. Tiba di yogyakarta pukul 22.10 WIB di Jl. Malioboro untuk makan malam. Di jalan ini sudah menunggu rombongan yang berangkatnya dengan KA, yaitu Budi Mulia, Triyono I, Aris DS, Irfan, Aep SI,Iwan Suparman dan Hendra (dari BPKH).

Kami berdelapan pesan makan bebek goreng dan ayam goreng, saking laparnya, 10 menit sudah habis dilahap. Kemudian menuju mess BPKH di Jl. Babaran No. 60 A untuk istirahat.


13 Pebruari 2010

Pagi hari setelah Sholat subuh, sarapan dengan memborong sate ayam yang jualan keliling. kemudian jam 07.30 menuju lapangan Bului tangkis, lokasinya ditempuh hampir 45 menit terletak di Kec. Ngaglik yaitu jal. menuju Kaliurang. bersama Heri SH, Arief Priyanto, Wahyunisari dkk lain disana sudah menunggu teman teman alumni yang bekerja di wilayah Yogyakarta (BPKH, BKSDA, BTN GN. Merapi, BBP). Pada pertanding ini Tim dari bandung kalah 2-1. Jam 10.55 WIB makan siang sudah tersedia yaitu SOTO KUDUS, makan dua mangkok karena porsinya sedikit.

Selesai makan dilanjutnya pertandingan Futsal letaknya tidak jauh dari Mess BPKH, jadwal pertandingan jam 13.00 WIB. Sebagian tim dari bandung sudah kecapekan main bulutangkis, disini lah timbul semangat, dengan jumlah 7 orang melawan lebih dari 20 orang secara bergantian. Pertandingan 2 ronde, dalam hal ini tim bandung menang. Ronde 1 kedudukan 6-19 dan ronde 2 kedudukan 9-17.  Sungguh pertandingan yang berat. tapi yang penting MENANG dan menang.

Sorenya kami ke Kota Gede beli perak dan ke Malioboro belanja batik dan kaoos.

Yogya kami tunggu di Bandung.
Kuningan, Bogor, Semarang, Surabaya dan Bali. Apakah SIAP BERTANDING DENGAN KAMI ???????

14 Pebruari 2010

Malamnya rombongan yang naik KA pulang jam 23.00 WIB, kami yang naik mobil ditinggal untuk jalan-jalan di sekitar kota Gudeg, Tujuan pertama adalah Taman Pintar untuk mengenalkan ilmu Pengetahuan Alam kepada Rio, Vivi dan Ufi. Sungguh megah dan mengesankan. tertutama di simulator GEMPA, dimana andi buat kaget oleh alat tersebut sampai ketawa terpingkal-pinggal membuat kami sakit perut. Selanjutnya ke Bakpia 25.

Jam 11.45 menuju Bandung

Memang layak kalau yogyakarta disebut KOTA PELAJAR.

bektinr.blogspot.com/yogyakarta

Minggu, 29 November 2009

Ketapang (Terminalia cattapa)

Manglid

Mengenal Manglid Baros ( Manglietia glauca Bl.)
“ Manfaatnya dan Permasalahan “

Oleh : Dharmawati F. Djam'an ( Peneliti di Balai Litbang Teknologi Perbenihan-Bogor, Dept. Kehutanan )
A. Latar Belakang
Magnolia Blumei PRANTL. ( Manglietia glauca Bl.) dikenal dengan nama manglid atau manglid baros . Dari hasil laporan Ekspedisi Manglid Rimpala IPB tahun 2002 di kawasan Gunung Salak diketahui bahwa dari 3 desa yang dimati ternyata kondisi tegakan Manglid yang ada di daerah Kawah Ratu, Ciapus, dan Cidahu hanya ditemukan tingkat pohon 40 batang, 97 tingkat tiang, 35 tingkat pancang, 22 tingkat semai dan 70 tunggak bekas tebang atau tumbang. Dari data tersebut dapat dirasakan kehawatiran kelangkaan yang teramat sangat karena jumlah pohon dan jumlah tiang Manglid yang relatif sedikit, kerapatan tingkat permudaan (semai dan pancang) yang tidak terlalu besar serta adanya tunggak-tunggak bekas penebangan yang relatif banyak.
Sampai saat ini, perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji belum banyak diketahui karena benih mempunyai viabilitas rendah yaitu daya simpan/ketahanan biji manglid rendah yaitu bersifat rekalsitran (tidak tahan disimpan lama) hanya berkisar antara 2-5 minggu, dimana setelah lewat waktu tersebut biji akan sulit untuk tumbuh. Kloning tanaman Manglid sebagai alternatif untuk perbanyakan dengan perlakuan yang telah diberikan ternyata tidak berhasil tumbuh sebagaimana yang telah diharapkan.
B. Diskripsi Tumbuhan dan Lingkungan
Manglid baros dengan nama botaninya Magnolia Blumei PRANTL. ( Manglietia glauca Bl.) merupakan salah satu jenis dari famili Magnoliaceae dan dikenal dengan nama daerah Baros, Manglid ( Sunda ); Baros, cempaka bulus ( Jawa ); Cempaka, Kepelan (Bali); Jatuh ( Karo ); Madang limpaung, Sitibai (Minangkabau).
Manglid berupa pohon, tinggi mencapai 25 – 40 m dengan bebas cabang 25 m dan diameter mencapai 150 cm, tersebar di ketinggian 1000 – 1500 m dpl. Hidupnya berkelompok dan di tempat yang lembab. Tajuk membulat, lebat, percabangannya berbentuk garpu yang dimulai jauh dari atas tanah, Daun tunggal bentuk elips memanjang atau elips melebar, kebanyakan bulat telur memanjang, ukuran 13-18 cm, panjang kadang sampai 25 cm. Ujung dan pangkal daun runcing, tangkai daun panjang. Tidak berbulu, permukaan bawah daun berwarna abu-abu kebiruan, permukaan atas hijau muda agak mengkilap, tersusun spiral.
Bunga terminal, soliter, besar, tangkai panjang 2,5 - 4 cm, berwarna kuning muda, harum, kelopak 9-13 tersusun dalam 3 lingkaran, benang sari banyak dan tersusun spiral, tangkai benang sari panjang atau pendek. Ovary ada 4 atau lebih pada masing-masing karpel. Penyerbukan dibantu oleh lebah madu dan berbunga sepanjang tahun. Buah majemuk, berbentuk kerucut (kegelvormig) panjang 6-8 cm, pada permukaan berwarna hijau dengan titik-titik putih, kemudian menjadi coklat hitam. Biji 2-6 banyaknya, kadang sampai 12, berwarna merah ( Gambar 1.).


Gambar 1. Daun dan buah Manglid Baros ( Manglietia glauca Bl.)
C. Sumber benih
Menurut informasi, tanaman manglid diketahui masih terdapat di Bedugul – Bali Utara, pada ketinggian ± 500 m dpl dan musim buahnya sekitar bulan oktober sampai Desember.
D. Potensi Ekonomi
Di Jawa Barat dan Bali kayu jenis ini sangat disukai karena selain kayunya mengkilat, strukturnya padat, halus, ringan dan kuat. Kekuatan kayunya digolongkan dalam kelas III dan keawetanya kelas II. Adapun keuntungan dari kayu Manglid tersebut karena ringan yaitu dengan berat jenis (b.j.) 0,41 sehingga mudah dikerjakan, dan karena kekuatan dan keawetannya jenis kayu tersebut sering dijadikan bahan baku pembuatan jembatan, perkakas rumah, dan barang-barang. Pengeringan kayu dibutuhkan 4 bulan dengan cara kering angin dengan ketebalan papan 40 mm dan mencapai 320-580 kg/m³ dengan kadar air 15%.
Selain itu, ekstrak daun manglid dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis oleh fraksi kloroform pada konsentrasi 2,5 persen . Sedangkan jamur Alternaria solani ( Jamur pada tomat ) dan Sclerotium oryzae (jamur pada padi ), fraksi kloroform dapat menghambat pertumbuhan mulai tampak pada konsentrasi 0,5 persen dan pada 1,5 persen jamur tersebut tidak tumbuh sama sekali.
E. Penanganan Benih
Buah manglid berbentuk cone yaitu dalam satu buah mempunyai banyak ruang yang berisi satu benih setiap ruangnya seperti buah srikaya. Benihnya mempunyai sifat masak buah yang berkaitan dengan waktu pengunduhan dan cara penangan benih yang khas, yaitu :
•  Buah dapat diunduh apabila benih sudah masak fisiologis yaitu dicirikan dengan warna kulit buah hijau tua kecoklatan dengan warna benih merah.
•  Ekstraksi benih dilakukan dengan cara menjemur buah sampai ruang-ruang benih terbuka. Setelah itu, benih dikeluarkan dengan cara mengetuk-ngetuk buah diatas tampah sampai benih keluar.
•  Kulit benih yang berwarna merah dikelupaskan dari benihnya agar benih mudah berkecambah.
•  Kemudian, benih dipisah dari kotoran-kotoran sisa ekstraksi.
•  Viabilitas benih mudah turun sehingga harus segera ditabur.
Foto Doc.: Nurmawati
Gambar 2. Buah Masak dan Benih Manglid Baros ( Manglietia glauca Bl ) Dari Bedugul-Bali.
•  Budidaya Tanaman
Sampai saat ini, laporan mengenai budidaya manglid baros masih sangat kurang sedangkan laju pengurangan tanaman di habitatnya sangat cepat. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pengamat jenis-jenis andalan setempat.
Setiap kilogram berisi lebih kurang 41.500 benih kering, dapat disimpan sampai 5 minggu dimana pada 2 minggu pertama perkecambahan akan meningkat dan daya berkecambah antara 55 – 70 %. Di Jawa Barat, sudah dilakukan penanaman dengan masa penebangan setiap 35 tahun dengan hasil 12,1m³/ha.**

Rabu, 25 November 2009

Mahoni (Swietenia macrophylla)

Sinonim : = S. macrophylla, King. = S. mahagoni, (Bl.), Jacq.

Familia :Meliaceae

Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Pohon, tahunan, tinggi 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang dan kayunya bergetah. Daunnya daun majemuk menyirip genap, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. ibu tangkai bunga silindris, warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain,.bentuknya seperti sendok, warnanya hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya hitam atau coklat. Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran, Perbanyakan dengan biji.

Nama Lokal :
Mahagoni, maoni, moni.;

Sukun (Artocarpus altilis)

Sukun adalah nama sejenis pohon dan buahnya sekali. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Ingg.: breadfruit; Bld.: broodvrucht, dll.).

Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai timbul, kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis.

Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.

Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 butir per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 g, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.

Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak.

Timbul, kulur, atau kluwih (yang berbiji) lebih banyak dipetik tatkala muda, untuk dijadikan sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua juga kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan camilan.

Daun-daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal. Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet. Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu.

Selasa, 24 November 2009

BATU KUDA


Rabu 29/10/2009.


Bambang S, Adji S, Sugeng S, Rahmat Saparudin, Dedi S, Agus S, M. Jamil, Aku dan Tedi ditugaskan mengukur calon lokasi Hutan Desa seluas 25 Ha di Desa Cibiru Wetan yang didampingi Pak Muhtar dkk dari kabupaten Bandung. Berangkat dari rumah jam 7.30 WIB berkumpul di Kantor Desa Cibiru Wetan, disana teman-teman sudah menungguku. Kemudian Team naik motor menuju calon lokasi yang diukur ke ke rumah Ketua Kelompok Tani.

Dirumah itu kami berdiskusi sebetar kemudian jam 10.00 WIB menuju lokasi yang akan diukur. Team dibagi 2 kelompok Agus Cs ke kiri, dan kelompokku ke kanan diantar oleh anggota kelompok tani tersebut. Lokasi cukup menantang untuk didaki, naik ada yang turun terjal. Alhamdulillah 3 jam telah berlaku dan kelompokku menyelesaikan lebih cepat dari kelompok 1 dengan 26 titik yang diambil pada pukul 12.20 WIB.
Kemudian menunggu yang lain untuk turun menuju ke rumah ketua kelompok.

Semua beres jam 13.05 WIB bersama-sama turun, ternyata di rumah sudah disediakan Nangka dan Pisang, langsung sikat. Tak lama kemudian datang Nasi dengan Ayam goreng, Sambel dan Lalah serta Asep (Asin Sepat). Ternyata enak dan mungkin kelaparan teman-teman pada nambah, sungguh ........

Selesai Makan Adji dan Dedi menyusul rahmat turun duluan. Kami yang lain bersama ketua rombongan Bambang S, menuju Wana Wisata BATU KUDA yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari rumah tadi.
Ternyata jalanya masih berbatu, sungguh sangat mengesankan lokasi wisata tapi aksesnya kurang diperhatikan. Karena kecapekan kami tidak sempat menuju lokasi batu kuda, kami hanya duduk dan ngobrol dengan petugas.

Satu jam kemudian pulangi, samapi rumah mandi dan tidur. AMIN

Cisampih-Cikaracak

Selasa, 3 November 2009

Terbayang persemaian yang indah kami berlima Erwin S, Arief W, Agus F dan Aku mengendarai avanza dikendarai oleh dani berangkat menuju Sumedang tujuan utama ke Ciranggem dan Cisampih. Kendaraan meluncur menuju kota tahu ke RS sederhana, kemudian mampir ke Dinas Hutbun sumedang.

Selesai melaporkan diri ke kepala dinas, berangkat menuju ke lokasi dengan harapan yang menjulang tinggi yaitu bibit siap tanam. Ternyata menuju desa ciranggem membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup berat dimana jalannya butut (batu beraspal) dengan melalui jembatan yang hampir runtuh. Kami berpikir mungkin pemerintah gak mau memperbaiki jalan dan jembatan karena daerah tersebut akan tenggelam.

Sampai kami di perbatasan desa ciranggem sudah menunggu kang Ayi, siap meninjau persemaian bareng-bareng. Tujuan pertama ke Desa Ciranggem diterima oleh aparat desa yang dulu diikutkan dalam kegiatan ini. Di warung yang sejuk sambil makan buah mangga kami diberitahu bahwa benih jati yang diberikan tidak ada satupun yang tumbuh.MENGENASKAN. Dengan sedikit kecewa kami melanjutkan ke desa cisampih. Sampai dilokasi ternyta berbeda, didesa ini kami dapat melihat biji jati di bedeng tabur yang siap disapih, namun polybagnya baru diisi, gimana .....!!

Sambil ngobrol ngalor ngidul dengan masyarakat setempat diwarung dengan minum teh botol dingin dengan memandang dan memperhatikan burung-burung dalam sangkar nan elok, mencoba teman menawar untuk dibawa ke Bandung. Ya nggak HASIL.

Selesai dicisampih kami lanjutkan menuju Majalengka melalui Cadasngampar. Sungguh jalan yang kami lalu banyak batunya dari pada aspalnya. Bayangkan 6 km ditempuh dengan waktu 46 menit, sungguh-sungguh melelahkan capee dech!!.. Ceritanya kesel ... tapi terobati dengan pemandangan bendungan Jatigede yang sangat megah, jalan hotmix. Luar biasa....

Nyampai di Kantor Dishutbun Majalengka diterima oleh ibu Tati (kasi) dan Engkus (Kabid). Ngobrol dan sholat dilanjutkan menuju Desa Cikaracak Kec. Argapura diantar oleh Bp. Tumin dan Tata (BTNGC). Hampir sama dengan lokasi yang pertama bedanya ini jalannya nanjak menunju perbatasan TN Gunung Ciremay. Sungguh pemandangan yang indah Kota Majalengka diliht dari atas, namun yang sangat disayangkan banyak lahan diolah secara itensif untuk pertanian sayuran. Kayaknya kalau hujan erosi akan sangat tinggi, hal ini kurang mendapat perhatian dari instansi terkait.

Lupa makan dulu di A'ini, ternyata teman saya arief terpesona dengan SISCA sigadis penghidang makanan

Capek dengan jalan nanjak dan turun baru samai diketua kelompok....
Blabla.......
dilanjutkan ke desa payung melihat penangkaran bibit ....... Pulang.

Cerita yang enak disaat mampir di rumah Adiknya p ayi, sudah disuguhin buah mangga, pulangnya juga dibekelin 1 kantong ewang.............AMIN rejeki Nomplok.....

Selesai istirahat pulang ke bandung dari majalengka jam 19.03 WIB nyampai rumah jam 21.46 WIB.

MANDI - MAKAN - TIDUR - malam-malam nonton AC Milan-Real Madrid. hasilnya 1-1